Jumat, 06 Juli 2012

1.000 Anggrek Endemik Sulawesi dari Unhas

 

 MAKASSAR - Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) mengembangkan 1.000 jenis anggrek endemik di Pulau Sulawesi. Mereka akan menanam varian Anggrek tersebut secara massal di hutan pendidikan Bengo-Bengo, Kabupaten Maros, pada 8-10 Juni 2012.

Anggrek-anggrek tersebut diperoleh dari hasil perburuan di berbagai daerah di Sulawesi serta hasil kultur jaringan yang dikembangkan di Screen House Anggrek milik Fakultas Pertanian Unhas. Jenis anggrek yang akan ditanam tersebut antara lain phalaenopsis var.celebes (Anggrek Bulan Sulawesi), phalaenopsis amboinensis, grammatophyllum speciosom (Anggrek Tebu), grammatophylum scriptum (Anggrek Macan), Anggrek Hitam Sulawesi, Anggrek Bambu, dan beberapa jenis anggrek hibrida.

Dosen Fakultas Pertanian Unhas Rinaldi Sjahril mengatakan, kini banyak tanaman anggrek endemik pulau Sulawesi yang terancam punah. Sementara sangat jarang yang ingin mengembangkan anggrek alam. Padahal tidak menutup kemungkinan anggrek tersebut nantinya bernilai ekonomis tinggi. Apalagi pasar macanegara mulai melirik anggrek alam Indonesia seperti anggrek yang memiliki daun berluriklurik batik. Bahkan pihak luar negeri sudah mulai melakukan pengembangan dengan membuat bunga anggrek tersebut jauh lebih besar.

"Sangat sayang, orang luar negeri mengembangkan, harganya mencapai jutaan lalu dibeli oleh orang Indonesia kembali dengan harga yang mahal. Padahal induk dari anggrek tersebut berasal dari Indonesia. Kita memang selalu hanya menjadi pengguna padahal kita punya sumber daya alam yang bagus tapi tidak dimanfaatkan," ungkap alumni dari Universitas Chiba Jepang ini.

Rinaldi menjelaskan, kegiatan ini sebagai salah satu usaha konservasi anggrek Sulawesi yang populasinya berkurang dari tahun ke tahun, juga menjadi langkah awal untuk mendukung Unhas sebagai Pusat Konservasi Anggrek Wallacea di Indonesia. "Kita akan terus berusaha agar anggrek-anggres khas Sulawesi terhindar dari kepunahan. Jika anggrek hanya terus diambil dan dijual maka suatu saat akan habis. Tapi jika dibudidayakan maka akan tetap lestari dan lebih bernilai ekonomis," ujarnya.

Selain itu, untuk mendorong agar semua unsur lebih mencintai hutan. Sebab pelestarian hutan berkaitan erat dengan kelestarian anggrek sebab hutan menciptakan kelembaban untuk tumbuh kembang anggrek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar