Sabtu, 26 Mei 2012

Homo Sapiens


Homo Sapiens

Kita telah mengenal banyak istilah yang melekat pada manusia, salah satunya adalah homo sapiens. Tetapi, apakah kita mengetahui bahwa istilah tersebut (homo sapiens) tidak dengan sengaja diberikan kepada kita sebagai “gelar” kita masih belum mengetahui maksud dari istilah tersebut dan hanya mengetahui bahwa istilah tersebut juga melekat pada diri manusia. Dalam karangan ini, penulis hanya ingin memamparkan pendapat mengenai kebijaksanaan yang dimiliki oleh manusia bukan mengenai manusia yang bijaksana. Dalam penulisan karangan ilmiah ini, akan banyak memunculkan banyak pertanyaan, oleh karena itu penulis hanya akan memaparkan mulai dari pengenalan hingga pen yelesaian atau cara yang ingin kita gunakan untuk menilai kebijaksanaan itu sendiri. Dalam penyusunan karangan ini, penulis banyak memperoleh pandapat serta suatu pengertian dari orang lain dan referensi dari kosa-kata yang terdapat dalam kamus.
Homo Sapiens merupakan sebuah istilah ilmiah bagi manusia. Dua kata penyusunnya adalah Homo dan Sapiens. Dalam kamus Bahasa Latin, kata homo sendiri berarti manusia dan sapiens berarti bijaksana. Kemudian, kata homo mampu diserap kembali ke dalam Bahasa Inggris dan memunculkan sebuah kata baru yaitu Human. Dalam kamus Bahasa Inggris, human berarti bersifat manusia sedangkan pendidikan atau ilmu yang mempelajarinya disebut Humaniora. Jika kedua kata (homo dan sapiens) digabungkan, maka akan memunculkan suatu makna baru yaitu manusia yang bijaksana.
Lalu, muncul pertanyaan apakah yang dimaksud dengan kebijaksanaan?. Sebelum melangkah lebih jauh, penulis ingin menerangkan terlebih dahulu makna kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan memiliki kata dasar bijak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bijak sendiri mempunyai makna yaitu cerdik, pintar. Kemudian kata tersebut disempurnakan sebagai salah satu sifat yang sudah dikenal dalam diri manusia yaitu bijaksana melalui beberapa penilaian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bijaksana berarti arif, tajam pikiran, selalu menggunakan akal budi dalam menghadapi masalah. Oleh karena itu, bijaksana memiliki makna kata yang lebih luas daripada bijak serta lebih menerangkan kembali bahwa kebijaksanaan merupakan salah satu ciri yang ada pada manusia. Setelah mendapatkan awalan ke- dan akhiran –an, kata bijaksana bermetamorfosis menjadi kebijaksanaan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata kebijaksanaan memiliki arti kepandaian serta kecakapan dalam bertidak menggunakan akal budi dan pengalaman ketika menemui kesulitan dan sebagainya.
Pertanyaan berikutnya adalah mengapa ada manusia yang tidak bijaksana?. Dalam menjawab pertanyaan ini, penulis akan pengertian mengenai homo (manusia) dan kebijaksanaan serta menambahkan sedikit pendapat yang penulis terima dari orang lain agar memperoleh tolak ukur dari kebijaksanaan tersebut. Jika kita cermati kembali pertanyaan di atas, maka kata kunci yang tepat untuk menjawab serta menerangkan pertanyaan di atas adalah kata ada. Jika ditelaah secara logika, maka kata ada dapat memperjelas kembali bahwa sebagian dari keseluruhan manusia dapat dikatakan sebagai manusia yang bijaksana dan manusia yang tidak bijaksana. Secara garis besarnya, penilaian akan seseorang yang dianggap bijaksana atau tidak bijaksana dapat lahir dari diri sendiri tetapi penilaian diri sendiri tersebut bukan tidak mustahil lahir dari pendapat orang lain yang kemudian dimasukkan olehnya sebagai penilaian akan dirinya sendiri. Untuk memperjelas kembali penilaian tersebut, maka hanya dapat dilihat dari penilaian manusia secara subyektif atau relatif. Penilaian manusia yang subyektif adalah penilaian yang lebih berproyeksi pada pribadi yang memberi penilaian, biasanya penilaian yang subyektif sangat bergantung pada kepentingan dari yang menilai dan terkadang bersifat mengintimidasi obyek yang dinilai. Sedangkan penilaian yang relatif adalah penilaian yang tidak berpatokan pada asumsi publik (secara umum) tetapi lebih kepada penilaian dari pribadi masing-masing orang. Kedua penilaian tersebut masih berhubungan dengan beberapa faktor serta kemampuan yang dimiliki oleh manusia yang dianggap bijaksana itu untuk dapat menyelesaikan masalah dan sebagainya. Jadi manusia yang bijaksana dan manusia yang tidak bijaksana itu lahir dari penilaian secara subyektif ataupun relatif dari cara yang digunakannya dalam menangani masalah dan hal lainnya.
Kesimpulannya adalah kebijaksanaan manusia hanya dapat dilihat dari cara atau kecakapan yang digunakan oleh manusia tersebut untuk dapat menyelesaikan berbagai macam hal dengan akal budi dan pengalaman yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu penilaian terhadap tindakan yang dilakukannya dari satu orang atau asumsi dari beberapa orang yang menganggap bahwa tindakan tersebut adalah bijaksana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar